Skinpress Rss

Senin, 28 April 2014

TAHAP PERSIAPAN PIDATO (Retorika)

0


         A.  TAHAP  PERSIAPAN PIDATO
     Ketika pengumpulan pendapat tentang pidato dilakukan di antara 400 profesor retorika di perguruan-perguruan tingggi Amerika Serikat, dua buah pidato dinyatakan sebagai pidato yang paling terkenal di Amerika Serikat. Satu diantaranya adalah Pidato Gettysburg, tanggal 16 November 1863. Pembicara utama pada peringatan itu adalah Edward Everett, Rektor Harvard dan Gubernur Massachusets. Semula peringatan akan dilaksanakan pada 23 Oktober 1863, tetapi Everett minta agar ditangguhkan sampai tanggal tersebut di atas. Ia membutuhkan waktu hampir satu bulan untuk membuat persiapan. Lincoln diberi tahu untuk “mengucapkan sepatah dua kata” dua minggu sebelumnya. Segera Lincoln membuat persiapan. Dimintanya satu kopi pidato Everett. Berhari-hari ia memikirkan pidatonya.
     Bagi Lincoln, pepatah latin yang berbunyi qui ascendit sine labore, descendit sine honore (mereka yang naik tanpa kelelahan, akan turun tanpa kehormatan) bukan hanya sekedar kata mutiara. Pidato yang baik harus didahului dengan persiapan yang matang. Bahkan Kristus, harus menuju padang belantara dan merenung sambil berpuasa empat puluh hari empat puluh malam. “semenjak itu mulailah Jesus mengajar”, ujar Mtius. Tidak lama setelah itu Jesus menyampaikan pidato yg sangat terkenal: Khotbah di atas bukit.


B.   JENIS-JENIS PIDATO
     Menurut ada-tidaknya persiapan, sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, dapat dikemukakan empat macamm pidato, yaitu:
1.      Impromtu. Bila ada yang menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan pidato, pidato yang ada disebut impromtu.
Impromtu sebaiknya dihindari, tetapi bila terpaksa hal-hal berikut dapat dijadikan pegangan:
a.       Pikirkan lebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.
b.      Tentukan sistem organisasi pesan.
c.       Pikirkan teknik penutup pidato yang mengesankan.
2.      Manuskrip. Ini disebut juga pidato dengan naskah. Juru pidato membacakan pidato dari awal hingga akhir.
3.      Memoriter. Pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memoriter memungkinkan ungkapan yang tepat, organisasi yang terencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan sudah tetap, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat.
4.      Ekstempore. Ekstempore adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa out-line (garis besar) dan pokok-pokok penunjang bahasan (supporting points). Pembicara tidak perlu mengingat kata demi kata. Out line itu hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada di dalam pikiran.

C.    MEMILIH TOPIK DAN TUJUAN
      Sebelum berpidato kita harus mengetahui lebih dahulu apa yang akan kita sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan. Dengan singkat kita memerlukan pokok bahasan (topik) dan tujuan. Antara keduanya sangat erat hubungannya. Bila anda berpidato agar orang mencoblos Partai X dalam pemilu, anda tentu harus berbicara tentang hal-hal yang berhubungan dengan partai X. Tetapi bila anda diberi topik tentang pentingnya pembaharuan kurikulum diperguruan tinggi, maka pidato itu diharapkan dapat menimbulkan pengertian tersebut pada diri khalayak

1.        Sumber-sumber Topik
     Untuk membantu anda menentukan topik, Prof Wayne N. Thompson menyusun sistematika sumber topik sebagai berikut:
1.         Pengalaman pribadi:
a.         Perjalanan
b.         Tempat yang pernah dikunjungi
c.         Kelompok anda
d.         Wawancara dengan tokoh
e.         Kejadian luar biasa, dll.



     2.        Merumuskan judul
Erat kaitannya dengan topik ialah judul. Bila topik adalah pokok bahasan yang akan diulas, maka judul adalah nama yang diberikan untuk pokok bahasan itu. Seringkali judul telah dikemukakan lebih dahulu kepada khalayak, karena itu judul perlu dirumuskan lebih dahulu. Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat : relevan, provokatif, dan singkat. Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan. Provokatif ialah dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar. Singkat berarti mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya dan mudah diingat.

       3.        Menentukan tujuan
Ada dua macam tujuan :
1.         Tujuan umum pidato biasanya dirumuskan dalam tiga hal:
a.         Memberitahukan (informatif)
b.         Mempengaruhi (persuasif)
c.         Menghibur (rekreatif)
2.         Tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum. Dari tujuan menghibur dapat disampaikan ribuan jenis pidato,tetapi apa yang ingin dicapai oleh anda pada saat ini terlihat dari tujuan khususnya. Tujuan khusus bersifat  konkret dan sebaiknya dapat diukur atau dibuktikan.
Hubungan antara topik, judul, tujuan umumdan tujuan khusus dapat dilihat pada contoh-contoh berikut:
1.      Topik               : faedahnya memiliki sifat pemaaf
       Judul               : pemaaf sumber kebahagiaan
      Tujuan umum  : informatif (memberi tahu)
      Tujuan khusus :
      Pendengar mengetahui bahwa:
a.    Sifat dendam menimbulkan gangguan jasmani dan rohani
b.    Sifat pemaaf menimbulkan ketentraman jiwa dan kesehatan

3.   Topik              : kelucuan orang-orang besar
      Judul               : kalau profesor sudah lupa
      Tujuan umum  : menghibur
      Tujuan khusus :
          Pendengar dapat menikmati kisah lucu David Hume, Einstein,   Schopenhauer, dan beberapa tokoh yang dekat dengan pendengar.
Dalam merumuskan tujuan, kita perlu memperhatikan kemampuan khalayak untuk melaksanakan harapan-harapan kita, sikapnya, situasi pidato, tujuan utama kita dan batas waktu yang tersedia.

D.    MENGEMBANGKAN BAHASAN
     Bila topik yang baik sudah ditemukan, seorang pembicara memerlukan keterangan untuk topik tersebut. Keterangan penunjang (supporting points) digunakan untuk memperjelas uraian, memperkuat kesan, menambah daya tarik, dan mempermudah pengertian. Di sini A.R. Sjahab sudah mengembangkan bahasan dengan menggunakan penjelasan contoh dan hipotesis. Semua teknik pengembangan bahasan dapat dikelompokkan dalam enam macam:
1.      Penjelasan
Penjelasan yang sempurna selalu menyertakan keterangan penunjang lainnya. Dalamg pidato informatif, seluruh uraian merupakan penjelasan. Penjelasan dapat dilakukan dengan definisi. Definisi adalah keterangan tentang suatu kata atau istilah.
2.      Contoh
Manusia sukar menerima hal-hal yang abstrak. Contoh dapat mengkongkretkan gagasan, sehingga lebih mudah dipahami. Contoh dapat berupa cerita yang terinci dan ini kita sebut ilustrasi. Ada dua macam ilustrasi, yaitu hipotesis dan faktual. Sedangkan contoh yang tidak terinci disebut pemisalan.
3.      Analogi
Analogi ialah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk menunjukan persamaannya atau perbedaannya. Ada dua macam analogi, yaitu harfiyah dan kiasan. Analogi harfiyah (literal analogy) ialah perbandingan diantara objek-objek dari kelompok yang sama, karena adanya persamaan dalam beberapa aspek tertentu. Banyak juga ahli-ahli pidato menggunakan analogi kiasan. Objek-objek yang diperbandingkan tidak termasuk objek yang sama.
4.      Testimoni
Testimoni ialah pernyataan ahli yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan. Pendapat itu dapat kita ambil dari pidato, karangan, artikel, laporan, dan sebagainya.
5.      Statistik
Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu.
6.      Perulangan
Sudah lama diketahui bahwa perulangan dapat menimbulkan kesan yang kuat, sehingga Emil Dovifat memasukannya sebagai salah satu cara untuk menggerakkan massa. Dalam periklanan, jutaan rupiah dikeluarkan hanya untuk mengulang pesan yang sama. Perulangan bukan hanya sekedar menyebut kembali kata-kata yang telah diucapkan, tetapi juga menyebutkan gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda.

0 komentar:

Posting Komentar