A. TAHAP PERSIAPAN PIDATO
Ketika pengumpulan pendapat tentang pidato
dilakukan di antara 400 profesor retorika di perguruan-perguruan tingggi
Amerika Serikat, dua buah pidato dinyatakan sebagai pidato yang paling terkenal
di Amerika Serikat. Satu diantaranya adalah Pidato Gettysburg, tanggal 16
November 1863. Pembicara utama pada peringatan itu adalah Edward Everett,
Rektor Harvard dan Gubernur Massachusets. Semula peringatan akan dilaksanakan
pada 23 Oktober 1863, tetapi Everett minta agar ditangguhkan sampai tanggal
tersebut di atas. Ia membutuhkan waktu hampir satu bulan untuk membuat
persiapan. Lincoln diberi tahu untuk “mengucapkan sepatah dua kata” dua minggu
sebelumnya. Segera Lincoln membuat persiapan. Dimintanya satu kopi pidato
Everett. Berhari-hari ia memikirkan pidatonya.
Bagi Lincoln, pepatah latin yang berbunyi
qui ascendit sine labore, descendit sine
honore (mereka yang naik tanpa kelelahan, akan turun tanpa kehormatan)
bukan hanya sekedar kata mutiara. Pidato yang baik harus didahului dengan
persiapan yang matang. Bahkan Kristus, harus menuju padang belantara dan
merenung sambil berpuasa empat puluh hari empat puluh malam. “semenjak itu
mulailah Jesus mengajar”, ujar Mtius. Tidak lama setelah itu Jesus menyampaikan
pidato yg sangat terkenal: Khotbah di atas bukit.
Menurut ada-tidaknya persiapan, sesuai
dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, dapat dikemukakan empat macamm
pidato, yaitu:
1. Impromtu.
Bila ada yang menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan
pidato, pidato yang ada disebut impromtu.
Impromtu sebaiknya dihindari, tetapi bila
terpaksa hal-hal berikut dapat dijadikan pegangan:
a. Pikirkan
lebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.
b. Tentukan
sistem organisasi pesan.
c. Pikirkan
teknik penutup pidato yang mengesankan.
2. Manuskrip.
Ini disebut juga pidato dengan naskah. Juru pidato membacakan pidato dari awal
hingga akhir.
3. Memoriter.
Pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Seperti manuskrip,
memoriter memungkinkan ungkapan yang tepat, organisasi yang terencana,
pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan
uraian. Tetapi karena pesan sudah tetap, maka tidak terjalin saling hubungan
antara pesan dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam
persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha
mengingat-ingat.
4. Ekstempore.
Ekstempore adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakukan
oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa
out-line (garis besar) dan pokok-pokok penunjang bahasan (supporting points).
Pembicara tidak perlu mengingat kata demi kata. Out line itu hanya merupakan
pedoman untuk mengatur gagasan yang ada di dalam pikiran.
C. MEMILIH
TOPIK DAN TUJUAN
Sebelum berpidato kita harus mengetahui
lebih dahulu apa yang akan kita sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan.
Dengan singkat kita memerlukan pokok bahasan (topik) dan tujuan. Antara
keduanya sangat erat hubungannya. Bila anda berpidato agar orang mencoblos
Partai X dalam pemilu, anda tentu harus berbicara tentang hal-hal yang
berhubungan dengan partai X. Tetapi bila anda diberi topik tentang pentingnya
pembaharuan kurikulum diperguruan tinggi, maka pidato itu diharapkan dapat
menimbulkan pengertian tersebut pada diri khalayak
1. Sumber-sumber
Topik
Untuk membantu
anda menentukan topik, Prof Wayne N. Thompson menyusun sistematika sumber topik
sebagai berikut:
1. Pengalaman
pribadi:
a. Perjalanan
b. Tempat
yang pernah dikunjungi
c. Kelompok
anda
d. Wawancara
dengan tokoh
e. Kejadian
luar biasa, dll.
2. Merumuskan
judul
Erat kaitannya dengan topik ialah judul.
Bila topik adalah pokok bahasan yang akan diulas, maka judul adalah nama yang
diberikan untuk pokok bahasan itu. Seringkali judul telah dikemukakan lebih
dahulu kepada khalayak, karena itu judul perlu dirumuskan lebih dahulu. Judul
yang baik harus memenuhi tiga syarat : relevan, provokatif, dan singkat.
Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan. Provokatif ialah
dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar. Singkat berarti
mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya dan mudah diingat.
3. Menentukan
tujuan
Ada dua macam tujuan :
1. Tujuan
umum pidato biasanya dirumuskan dalam tiga hal:
a. Memberitahukan
(informatif)
b. Mempengaruhi
(persuasif)
c. Menghibur
(rekreatif)
2. Tujuan
khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum. Dari tujuan
menghibur dapat disampaikan ribuan jenis pidato,tetapi apa yang ingin dicapai
oleh anda pada saat ini terlihat dari tujuan khususnya. Tujuan khusus
bersifat konkret dan sebaiknya dapat
diukur atau dibuktikan.
Hubungan antara topik, judul, tujuan
umumdan tujuan khusus dapat dilihat pada contoh-contoh berikut:
1. Topik : faedahnya memiliki sifat pemaaf
Judul : pemaaf sumber kebahagiaan
Tujuan umum : informatif (memberi tahu)
Tujuan khusus :
Pendengar mengetahui bahwa:
a. Sifat
dendam menimbulkan gangguan jasmani dan rohani
b. Sifat
pemaaf menimbulkan ketentraman jiwa dan kesehatan
3. Topik : kelucuan orang-orang besar
Judul : kalau profesor sudah lupa
Tujuan umum
: menghibur
Tujuan khusus :
Pendengar dapat menikmati kisah lucu David Hume, Einstein, Schopenhauer, dan beberapa tokoh yang dekat
dengan pendengar.
Dalam merumuskan tujuan, kita perlu
memperhatikan kemampuan khalayak untuk melaksanakan harapan-harapan kita, sikapnya,
situasi pidato, tujuan utama kita dan batas waktu yang tersedia.
Bila
topik yang baik sudah ditemukan, seorang pembicara memerlukan keterangan untuk
topik tersebut. Keterangan penunjang (supporting points) digunakan untuk
memperjelas uraian, memperkuat kesan, menambah daya tarik, dan mempermudah
pengertian. Di sini A.R. Sjahab sudah mengembangkan bahasan dengan menggunakan
penjelasan contoh dan hipotesis. Semua teknik pengembangan bahasan dapat
dikelompokkan dalam enam macam:
1. Penjelasan
Penjelasan yang sempurna selalu
menyertakan keterangan penunjang lainnya. Dalamg pidato informatif, seluruh
uraian merupakan penjelasan. Penjelasan dapat dilakukan dengan definisi. Definisi adalah keterangan
tentang suatu kata atau istilah.
2. Contoh
Manusia sukar menerima hal-hal
yang abstrak. Contoh dapat mengkongkretkan gagasan, sehingga lebih mudah
dipahami. Contoh dapat berupa cerita yang terinci dan ini kita sebut ilustrasi. Ada dua macam ilustrasi,
yaitu hipotesis dan faktual. Sedangkan contoh yang tidak terinci disebut
pemisalan.
3. Analogi
Analogi ialah perbandingan antara
dua hal atau lebih untuk menunjukan persamaannya atau perbedaannya. Ada dua
macam analogi, yaitu harfiyah dan kiasan. Analogi harfiyah (literal analogy)
ialah perbandingan diantara objek-objek dari kelompok yang sama, karena adanya
persamaan dalam beberapa aspek tertentu. Banyak juga ahli-ahli pidato
menggunakan analogi kiasan. Objek-objek yang diperbandingkan tidak termasuk
objek yang sama.
4. Testimoni
Testimoni ialah pernyataan ahli
yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan. Pendapat itu dapat kita ambil dari
pidato, karangan, artikel, laporan, dan sebagainya.
5. Statistik
Statistik adalah angka-angka yang
dipergunakan untuk menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu.
6. Perulangan
Sudah lama diketahui bahwa
perulangan dapat menimbulkan kesan yang kuat, sehingga Emil Dovifat
memasukannya sebagai salah satu cara untuk menggerakkan massa. Dalam
periklanan, jutaan rupiah dikeluarkan hanya untuk mengulang pesan yang sama.
Perulangan bukan hanya sekedar menyebut kembali kata-kata yang telah diucapkan,
tetapi juga menyebutkan gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda.
0 komentar:
Posting Komentar